Roy Fachraby Ginting : Film Dirty Vote Serta Pentingnya Bangsa Kita Memiliki Rasa Malu

Dosen Universitas Sumatera Utara,Roy Fachraby Ginting.SH M.Kn (Rabu,14/02/2024)
Film ini juga membahas potensi kecurangan kepala daerah. Potensi tersebut berupa mobilisasi birokrasi, izin lokasi kampanye, serta memberikan sanksi atau membiarkan kepala desa yang tidak netral.
Wewenang dan potensi kecurangan juga berpeluang dilakukan seorang kepala desa. Alasannya, mereka berwenang menentukan data pemilih, penggunaaan dana desa, data penerima Bansos, PKH, dan BLT, serta wewenang lain berupa alokasi Bansos.
Selain di level daerah, kecurangan juga terjadi di level atas alias pejabat pemerintah. Mereka mengambil contoh tindakan yang dilakukan para Menteri lewat sebuah video yang mengkampanyekan paslon tertentu.
Anggaran Bansos semakin meningkat jelang Pemilu 2024, yakni mencapai 500 triliun hingga melebihi angka Bansos selama pandemi COVID-19.
Bawaslu juga dianggap tidak kompeten sebagai lembaga yang bertugas mengawasi pelaksanaan Pemilu 2024. Bawaslu dinilai gagal dalam menjalankan tugas sebagai pengawas proses penyelenggaraan Pemilu. Tak hanya Bawaslu, KPU tidak luput dari perhatian. KPU sebagai penyelenggara Pemilu justru meloloskan Partai Gelora yang dilaporkan tidak memenuhi syarat.
Keputusan KPU lain yang dianggap bermasalah ialah terkait lolosnya Gibran sebagai calon wakil presiden (cawapres) setelah putusan MK. Padahal, KPU belum membuat aturan turunan untuk menyikapi putusan MK yang mengubah syarat pencalonan capres cawapres.
Film ini ikut menyinggung kasus Ketua KPU Hasyim Asyari yang sudah dijatuhi sanksi hingga 3 kali berupa peringatan keras terakhir. MK selaku lembaga yang harusnya menegakkan konstitusi dituding ikut terlibat rentetan kecurangan Pemilu 2024.
Sejumlah hal yang membuat MK layak dianggap sebagai lembaga yang menjadi puncak masalah adalah terjadi kontradiksi Mahkamah Konstitusi dan cara instan untuk mengubah Undang-Undang tanpa DPR.
Kemudian adanya konflik kepentingan, pendapat hukum 9 hakim konsitusi, semua permohonan yang ditolak kecuali sebuah perkara, keputusan yang langsung berlaku, hingga kasus permohonan yang sudah dicabut namun didaftarkan lagi.
Grafik data-data kecurangan Pemilu 2024 itu disajikan dengan penjelasan ketiga narasumber. Dan pada akhirnya film ini menjadi sebuah catatan sejarah tentang rusaknya demokrasi di Indonesia.
Berbagai tanggapan muncul setelah di putarnya film ini. Salah satu adalah Jusuf Kalla yang menyebut film Dirty Vote masih terbilang 'ringan' dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi sebenarnya.
Mantan Wakil presiden Jusuf Kalla menyebut film dokumenter, Dirty Vote hanya menangkap 25 persen dugaan kecurangan selama proses Pemilu dan Pilpres 2024. Beliau mengapresiasi fakta dan data yang ditunjukkan film Dirty Vote. Namun, dia menilai data-data tersebut masih ringan dan belum menangkap semua dugaan kecurangan yang terjadi.
Read more info "Roy Fachraby Ginting : Film Dirty Vote Serta Pentingnya Bangsa Kita Memiliki Rasa Malu" on the next page :
Editor :Tim Sigapnews