Kunjungi Kampus Xinjiang Islamic Institute
Rektor UNIVA: Perhatian Pemerintah Tiongkok Untuk Pendidikan Tinggi Islam Sangat Besar
Rektor UNIVA Medan, sekaligus Ketua MUI Kota Binjai, Prof. Dr. H.M. Jamil Siahaan, M.A., berfoto di depan Kampus Xinjiang Islamic Institute, Senin (02/06/2025).
SIGAPNEWS.CO.ID | MEDAN - Rektor Universitas Al-Washliyah (UNIVA) Medan, yang juga Ketua MUI Kota Binjai, Sumatera Utara, Prof. Dr. H.M. Jamil Siahaan, M.A., berkesempatan mengunjungi Kampus Xinjiang Islamic Institue di Urumqi, Xinjiang, dalam lawatan luar negerinya ke Negeri Tiongkok, Senin (02/06/2025).
Dalam kegiatan yang difasilitasi oleh Konjen Tiongkok di Medan ini, Jamil yang tergabung bersama Rombongan Delegasi Ilmuan Muslim asal Sumatera Utara mengaku terkesan dengan sistem pengelolaan pendidikan tinggi berbasis Islam di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Apalagi dia menilai, Pemerintah Tiongkok memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan pendidikan tinggi berbasis Islam.
Lebih dari Rp 600 miliar telah digelontorkan Pemerintah Negeri Tirai Bambu untuk mendukung pengadaan fasilitas perkuliahan bagi Xinjiang Islamic Institute. Jumlah ini belum termasuk penyediaan beasiswa, serta sarana dan prasarana lainnya.
Tidak heran dia menyebut, Xinjiang Islamic Institute sebagai kampus megah dan memiliki fasilitas memadai. Selain didukung ruang kuliah yang komprehensif untuk menampung 1.000 mahasiswa, di kampus ini juga terdapat fasilitas perpustakan, asrama, kantin, dan sarana lainnya.
"Tentunya ini semakin membuat kita merasa sangat bersemangat dan termotivasi untuk menjajaki kerjasama internasional lintas perguruan tinggi," ujar Jamil, dalam uraian pesan singkatnya yang diterima wartawan via Chat Whatsapp, Rabu (04/06/2025).
Dalam diskusinya dengan Wakil Rektor Xinjiang Islamic Institute dan para ulama setempat, diketahui bahwa Umat Muslim di Tiongkok diberikan hak, perlindungan, dan kebebasan mutlak dalam beribadah.
Hampir tidak ada gangguan keamanan yang cukup berarti, saat momentum perayaan hari besar Islam. Banyak pula di antara anggota perlemen Xinjiang yang beragama Islam.
Gambaran ini cukup mengejutkan bagi Jamil dan beberapa anggota Delegasi Ilmuan Muslim asal Sumatera Utara, yang baru kali pertama berkunjung ke Xinjiang.
Sebab berita negatif yang kerap dibesar-besarkan media barat tentang kehidupan dan diskriminasi terhadap Muslim Uighur, justru sama sekali tidak terbukti.
"Tentunya kita terus berdoa, agar Islam dapat terus berkembang di Tiongkok. Selain itu, kita juga berharap agar jalinan persaudaraan antara Tiongkok dan Indonesia dapat terus ditingkatkan, sehingga membawa rahmat bagi kedua negara," harapnya.
Xinjiang sendiri, jelas Jamil, merupakan sebuah provinsi otonom di Tiongkok yang wilayahnya berbatasan dengan Tibet di sebelah selatan, dengan Rusia di sebelah utara, dengan Mongolia di sebelah timur, serta dengan Kazakastan, Tajikistan, dan Afganistan di sebelah barat.
Jumlah penduduk Xinjiang saat ini diperkirakan sebanyak 26 juta jiwa, dimana lebih dari 50 persennya beragama Islam. Di daerah ini, Ras Arya Turki mendominasi komposisi etnis yang bermukim di Xinjiang, terutama dari Etnis Uighur.
"Harus diakui, kondisi peradaban Islam di Xinjiang, khususnya di ibukota Urumqi, cukup berbeda jika dibandingkan dengan wilayah Tiongkok pada umumnya," terang Jamil.
Di wilayah ini, sambungnya, banyak bangunan megah justru dihiasi dengan ornamen beraksara Arab, yang identik dengan aksara Arab Jawi. Jumlah bangunan masjid juga relatif banyak.
"Meskipun demikian wanita yang menggunakan busana muslimah di sini tidak terlalu terlihat," pungkas Jamil.
Editor :Wardika
