Pemkab Madina Diminta Turun Tangan
PMKS PT. MAL Diduga Buang Limbah Berbahaya ke Sungai Marait, Ratusan Ikan Mati

Sungai Air Manis, anak Sungai Marait, tempat ratusan ikan mati dan timbul di permukaan sungai. Sungai ini mengalir dari areal PMKS PT. MAL di Dusun Marait, Desa Sikapas, MBG, Mandailing Natal.
SUMUTNEWS.CO.ID | Mandailing Natal,- Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) PT. Madina Agrolestari diduga buang limbah berbahaya ke Sungai Marait, Desa Sikapas, Muara Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatra Utara, (Rabu, 24 Agustus 2022).
Menurut salah satu nelayan, Lubis (48 tahun), limbah berbahaya tersebut diduga berasal dari pabrik yang beroperasi di Dusun Marait, Desa Sikapas yang berjarak 1 km dari rumahnya. Bahkan, istrinya, (DA, 40 tahun) mengeluhkan badannya gatal-gatal usai mandi di belakang rumah mereka.
"Tiba-tiba saja, habis mandi, badan saya gatal-gatal, " sambil memperlihatkan tangannya kemerahan bekas digarut.
Ia juga mengaku, banyak ikan yang muncul dan mati di permukaan Sungai Marait, termasuk anak Sungai Air Manis.
"Inilah ikan yang dapat di sungai. Banyak ikan yang tiba-tiba mengapung dan mati, " ungkap DA sambil memperlihatkan ikan di dalam wadah ditemui di rumahnya, Rabu (08/2022).
Keluhan Nelayan di Desa Sikapas
Pagi itu, Kamis (24 Agustus 2022) M. Nasution dan Gunawan berniat memancing ikan kakap di Sungai Marait, sekitar 400 meter dari PMKS milik STA Resource di Dusun Marait, Desa Sikapas, Muara Batang Gadis, Mandailing Natal.
Mereka hampir 2 jam mencari anak ikan untuk dijadikan umpan pancing untuk menangkap ikan di muara Sungai Marait, tempat pembuangan limbah pabrik.
Mereka mengeluhkan susahnya menangkap ikan setelah pabrik minyak kelapa sawit itu beroperasi beberapa tahun ini.
Bahkan, Sungai Marait yang biasanya jernih dan memiliki potensial dalam peningkatan ekonomi masyarakat bagi nelayan di sekitar Dusun Marait, Sikapas, kini lumpuh total.
Pasalnya, ikan seperti tak ada lagi di sungai itu. "Mau cari seekor saja susah Bang," keluh Gunawan, di lokasi perkebunan PT. MAL (Madina Agro Lestari), Kamis, 24 Agustus 2022.
Ia mengaku banyak masyarakat di dusun itu beralih pekerjaan dari nelayan menjadi buruh kasar ke perusahaan dan ada juga kerja bengkel ke Desa Sikapas, 6-7 km dari PMKS. Ada juga nelayan yang jadi buruh harian di kebun sawit milik warga di Desa Sikapas.
Tahun lalu, ia bercerita sejumlah nelayan dari Desa Sikapas sempat melakukan unjuk rasa ketika melihat permukaan air Sungai Marait berubah menjadi hitam dan berbau.
Tetapi tindak lanjut atas keluhan sejumlah nelayan bagai suara-suara yang ditelan angin usai pertemuan dengan pihak PMKS yang berlokasi di HGU PT. MAL tersebut.
Tim Redaksi SUMUTNEWS melakukan investigasi khusus ke lapangan dan ke lokasi PMKS PT. MAL di bawah bendera STA Resources tersebut.
Di lapangan, Tim Redaksi berhasil mewawancarai seorang karyawan yang pernah menanam pipa pembuangan pabrik terkait bagaimana proses pengelolaan limbah pabrik dan titik lokasi pipa pembuangan limbah.
Tim Redaksi SUMUTNEWS berhasil mewawancarai seorang karyawan berinisial MD, 37 tahun.
MD mengaku tinggal di Desa Sikapas. Bahkan, ia langsung menunjukkan pipa yang ditanam di lokasi pabrik, mulai dari kolam penampungan limbah, jalur pipa yang mengarah ke Sungai Marait yang sengaja disembunyikan pihak perusahaan pengelola limbah, yakni PMKS milik STA Resource tersebut.
Ketika jurnalis SUMUTNEWS menanyakan mengenai baku mutu limbah yang dibuang ke sungai. Ia tak tahu persis bagaimana regulasi aturan dan uji sampel laboratorium yang digunakan oleh pihak perusahaan pabrik minyak kelapa sawit yang juga mengelola manajemen PT. DAL di Desa Batu Mundam, Muara Batang Gadis itu.
Ia mengaku pernah menyarankan kepada manajer perusahaan agar memelihara ikan nila di kolam terakhir IPAL dan hingga hari ini belum digubris.
"Pakai uangmu dulu," kata manajer tersebut yang ditirukannya.
Hingga laporan ini dituliskan, ikan-ikan masih bermunculan dan timbul di permukaan sungai.
Menurut pengakuan sejumlah 2 orang nelayan, ratusan ikan mati di sungai tempat akhir saluran pipa pembuangan limbah pabrik. Pipa pembuangan limbah yang berdiameter 50 sentimeter itu terlihat di sejumlah titik di lokasi PT. MAL di Dusun Marait, Desa Sikapas.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mandailing Natal Diminta Tegas
DLHK Mandailing Natal diminta memberikan jawaban kongkrit terkait pembuangan limbah dan pengelolaan pabrik minyak kelapa sawit di Dusun Marait yang hanya butuh 2 menit untuk sampai ke lokasi wisata Batu Badaun tersebut.
Hal ini disampai oleh juru bicara Sumatra Ecosystem Partnership B. Hutasuhut di Panyabungan, Jumat, 25 Februari 2022 di kantornya ikut berkomentar terkait pengelolaan limbah pabrik.
"DLHK Mandailing Natal harus memberikan jawaban kongkrit terkait pembuangan limbah dan pengelolaan pabrik minyak kelapa sawit, " tegas Budi Hutasuhut.
Ia juga menambahkan bahwa PMKS mestinya punya standarisasi pembuangan limbah yang steril, laporan zat sulfia dan BOD dari laboratorium resmi bersertifikasi.
"PMKS itu harus mempunyai standar pembuangan, termasuk bagaimana kadar kimia sulfia dan BOD yang mereka laporkan per bulannya, " ujar Budi Hutasuhut.
Bersambung...
Editor :Tim Sigapnews