POP Sukses Tingkatkan Kemampuan Baca Anak di Lima Kabupaten

Para master trainer diabadikan bersama sejumlah peserta pembuatan bahan ajar kontesktual di Kabupaten Biak, Papua, September 2022 lalu.
SUMUTNEWS | MEDAN - Sejak diluncurkan pada 2021 lalu, Program Organisasi Penggerak (POP) yang didampingi oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) sukses meningkatkan kemampuan membaca anak pada lima kabupaten di Indonesia sebesar 16,1 persen.
Tercatat, POP mampu memberikan perubahan signifikan dalam meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman isi bacaan bagi siswa di Biak (Papua), Jayapura (Papua), Jayawijaya (Papua Pegunungan), Landak (Kalimantan Barat), dan Manggarai Timur (Nuda Tenggara Timur).
Secara keseluruhan, total penerima manfaat program ini mencapai 40.828 jiwa. Mayoritas penerima program adalah anak-anak yang mencapai 38.171 jiwa, dengan melibatkan 2.320 guru, 276 kepala sekolah, serta 61 pengawas dan staf dinas pendidikan.
Pelaksana Tugas Direktur Operasional WVI, Ebenezer Sembiring, mengatakan, POP merupakan program kerjasama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dengan komunitas atau organisasi masyarakat untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
"Dalam hal ini, WVI berperan sebagai mitra implementor yang berperan mengaplikasikan model pembelajaran wahana literasi dan terfokus pada peningkatan lima kemampuan dasar membaca," ungkapnya di Jakarta, Jumat (21/07/2023).
Secara khusus Ebenezer mengakui kegembiraannya atas hasil positif yang dicapai oleh POP. Atas dasar itu dia mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Kemendikbudristek yang telah memberikan kepercayaan kepada WVI sebagai salah satu mitra dalam pengembangan program ini.
"Kami juga mengapresiasi kerja keras seluruh tenaga pendidik yang terlibat dalam program ini. Sebab peningkatan kemampuan membaca anak sebesar 16,1 persen, menunjukkan efektivitas dari pendekatan yang diterapkan oleh WVI," ujarnya.
Di sisi lain, program ini juga mampu meningkatkan kemampuan anak dalam memahami isi bacaan, dengan persentase mencapai 15,9 persen. Capaian ini menunjukan bahwa anak tidak hanya mampu membaca, tetapi juga mengerti apa yang mereka baca.
"Kelancaran membaca anak juga meningkat tajam, yakni mencapai 43 kata permenit dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya yang hanya 28 kata permenit," imbuh Ebenezer.
Koordinator Pokja Kemitraan dan Pemberdayaan Komunitas pada Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Eddy Tejo, mengapresiasi peran WVI dalam menyediakan berbagai modul dan buku cerita lokal. Hal ini menurutnya sangat membantu anak-anak dalam memahami materi bacaan dengan lebih mudah.
"Selain itu, pelaksanaan POP oleh WVI telah membawa dampak positif lain, seperti peningkatan kompetensi dan pengetahuan guru, peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah dalam mengelola sekolah, dan peningkatan kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah siswa dalam membaca," terang Eddy.
Manager POP WVI, Hotmianida Panjaitan, menjelaskan, POP memang terfokus pada keterlibatan guru dan tenaga kependidikan sebagai garda terdepan dalam meningkatkan kemampuan membaca anak-anak.
"Namun metode pendekatan tetap dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, terutama dalam meningkatkan peran komunitas," jelasnya.
Diakui Hotmianida, WVI mampu mencapai keberhasilan ini melalui berbagai kegiatan pelatihan bagi kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah. Pelatihan tersebut meliputi training of trainer (ToT) wahana literasi, dukungan psikososial, teknologi informasi dan k omunikasi (TIK), pengembangan bahan ajar kontekstual dan bahan bacaan relevan, pelatihan manajemen sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah, pelatihan penguatan pendidikan karakter dengan integrasi dalam proyek penguatan profil pelajar Pancasila, serta pelatihan monitoring yang efektif bagi pengawas sekolah.
Atas keberhasilan POP dalam meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di lima kabupaten, dia berharap peningkatan literasi generasi muda Indonesia akan semakin menguat.
Tentu saja hal ini harus didukung sinergitas yang baik antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan. Sebab peran ketiga elemen ini telah terbukti mampu menciptakan generasi yang lebih berpengetahuan, serta cakap dalam membaca dan memahami isi bacaan.
"Keberhasilan ini menjadi dorongan bagi upaya lebih lanjut dalam meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh penjuru tanah air," ujar Homianida.
Editor :Wardika