Lemang dan Cimpa Tuang Kuliner Khas Karo Milik Pak Sinuraya di Desa Kandibata

Tempat berjualan Pak Waktu Sinuraya di Desa Kandibata Kec Kabanjahe Kabupaten Karo.(Selasa,12/11/2024)
SIGAPNEWS.CO.ID | KARO – Menikmati makanan khas suku Karo, seperti Lemang dan Cimpa Tuang, menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan di Desa Kandibata, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Lemang ini dinikmati bersama selai gula merah yang memberikan cita rasa manis dan lezat.
Saat ditemui oleh tim media di Desa Kandibata, dekat Toko Pupuk Gunung Tani pada Senin (11/11/2024) sekitar pukul 15.00 WIB, pengusaha "Lemang Sinuraya Kandibata," Waktu Sinuraya (56), mengungkapkan bahwa usaha lemang ini telah dijalankan selama sekitar 15 tahun, bahkan kini telah memiliki beberapa cabang.
"Lemang ini adalah buatan sendiri. Kami menggunakan proses dan resep sendiri. Setiap hari, kami mulai bekerja pukul 05.00 WIB, membuka kios pada pukul 08.00 WIB, dan tutup pada pukul 20.00 WIB," ujar Waktu Sinuraya.
Proses pembuatan Lemang dimulai dengan memasak air pandan, memarut kelapa, memeras santan, dan mencampur bahan-bahan seperti lada, garam, kunyit, dan beras ketan yang direndam santan selama sekitar 45 menit.
"Setelah itu, panaskan blue band, tuangkan, aduk, lalu masukkan ke dalam bambu sepanjang 60 cm. Lemang kemudian dipanggang menggunakan bara arang kulit kemiri selama 90 menit agar masak sempurna," jelasnya.
Berbeda dengan Lemang, makanan khas Cimpa Tuang dibuat dari tepung beras, garam, lada, gula merah, dan kelapa. "Cara membuatnya seperti membuat telur dadar, dengan menggoreng campuran adonan tersebut hingga berbentuk lempengan," tambahnya.
Dalam sehari, Waktu Sinuraya mengungkapkan rata-rata penjualan mencapai 100 batang Lemang dan 200 biji Cimpa Tuang. Harga masing-masing makanan ini terjangkau, yakni Rp 2.000 per biji untuk Cimpa Tuang dan Rp 15.000 per batang untuk Lemang.
"Pada akhir pekan, penjualan meningkat hingga 150 batang Lemang. Pembeli datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang memesan dari Bandung. Meski begitu, saya sendiri belum pernah ke Bandung," ujarnya sambil tersenyum.
Saat ditanya mengenai penurunan penjualan, Waktu menyebutkan bahwa penjualan biasanya sepi saat Bulan Puasa dan masa awal masuk sekolah. "Kami menghormati umat Muslim yang menjalankan puasa, dan di awal masuk sekolah, kebutuhan akan keperluan sekolah memang lebih banyak," jelasnya.
Usaha kuliner ini menjadi sumber penghidupan utama bagi keluarga Waktu Sinuraya, dengan keuntungan rata-rata sekitar Rp 400.000 per hari. Salah satu pengunjung, Nasrudin Sinuraya (50), warga Tanjung Beringin Kecamatan Munte, mengungkapkan bahwa rasa Lemang dan Cimpa Tuang sangat enak, dan harga yang ditawarkan cukup terjangkau.
"Kalau tahu proses pembuatannya, harga Rp 15.000 itu sudah murah," ungkapnya.
Editor :Tim Sigapnews