Sungai Tercemar, Paguyuban Nelayan Muara Batang Toru “Menangis”

Warga yang tergabung dalam Paguyuban Nelayan Muara Batang Toru, Sumut mengeluhkan kondisi sungai yang tercemar. (Foto: dok sigapnews)
SIGAPNEWS.CO.ID | Tapsel - Kehidupan masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai aspek yang hidup dari pertanian, nelayan dan lain sebagainya tak terkecuali masyarakat di desa Bandar Hapinis, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan sungai (khususnya ikan yang ada di sungai, rawa, muara) dan hal tersebut sudah dilakukan turun temurun dari Zaman nenek moyang terdahulu.
Masih dalam suasana HUT RI ke 78, namun masyarakat yang tergabung Paguyuban Nelayan Desa Bandar Hapinis belum merasakan kemerdekaan itu sepenuhnya.
Pasalnya ratusan keluarga dari Paguyupan tersebut selama ini menggantungkan hidup mereka dari aliran sungai Batang Toru (mencari ikan dan hasil sungai lainnya). Namun beberapa tahun belakangan ini pendapatan mereka bukan semakin bagus malah semakin merosot dari tahun ke tahun.
Hal tersebut disampaikan Ketua Paguyuban Nelayan Desa Bandar Hapinis, Sukri Nasution kepada awak media, Minggu (20/8/2023).
Menurut pengakuan Nasution, semakin hari kehidupan para nelayan semakin sulit padahal di wilayah tersebut berdiri investor raksasa, namun mereka belum mendapatkan sentuhan apapun.
"Indonesia sudah merdeka lebih dari 70 tahun, namun kami masih belum merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Jadi kami berharap kepada pemerintah maupun perusahaan swasta yang ada di wilayah Batang Toru membantu perekonomian kami. Selama kami berprofesi seperti ini pemerintah hanya pernah membantu kami memberikan jaring ikan, itu bukan bantuan yang signifikan bagi kami karena selama ini mata pencaharian kami di sungai baik-baik saja namun karena adanya dugaan limbah yang mengalir di aliran sungai Batang Toru sehingga mengakibatkan kemerosotan ekonomi bagi kami,” jelas Sukri.
Sukri Nasution juga menambahkan bahwa banyak saudara-saudaranya yang berpindah ke daerah lain seperti Desa Paraupan dan aliran Sungai Batang Gadis.
"Dikarenakan di desa kami saat ini ekonomi yang makin sulit banyak dari kami yang pindah ke desa lainnya. Selama ini pemerintah dan perusahaan belum ada yang terketuk hatinya untuk membantu kami, masalah kami ini juga sudah kami sampaikan kepada salah satu anggota DPRD Tapsel Fraksi PAN H. Mahmud Lubis S.Ag yang mana beliau sudah berulang kali datang ketempat kami menerima aspirasi kami dan menyampaikannya kepada pihak terkait,” tutur Sukri.
Saat dimintai tanggapannya terkait kondisi warga nelayan Bandar Hapinis, Mahmud Lubis mengakui bahwa dirinya sering mengunjungi rekan-rekan dari Paguyuban Nelayan di Desa Bandar Hapinis tersebut dan sebagai wakil rakyat dirinya sudah pernah mencoba membantu mereka dengan memperjuangkan hak-haknya agar dapat perhatian dan bantuan dari pemerintah ataupun Investor, mengingat wilayah tersebut termasuk lingkar tambang emas Batang Toru (PT. AR).
“Keluh kesah dari mereka saya komunikasikan dengan pihak PT. AR karena menurut saya sudah sepantasnya pihak PT. AR memberikan batuan seperti halnya membuat kolam ikan ternak. Jadi nanti hasilnya bisa mendongkrak perekonomian masyarakat,” beber Mahmud.
"Sebelumnya saya juga sudah menggambarkan bagaimana masyarakat di daerah Kabupaten Kampar (Provinsi Riau, Red) mendapat bantuan serta difasilitasi dari lahan perkebunan karet disulap menjadi kolam, air kolamnya sumur bor untuk pembuatan kolam ikan air tawar dan hasilnya mereka bisa ekspor sampai ke Malaysia. Apa salahnya investor seperti PT. AR membantu mereka kan nantinya bisa mendongkrak perekonomian masyarakat di lingkar PT. AR,” tuutp Mahmud. **
Editor :Muradi